BAB II
PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dijelaskan
hasil analisis terkait mengenai system pendidikan homeschooling yang telah dirumuskan pada BAB I. Secara sistematis
dalam pembahasan ini akan dikelompokkan sesuai dengan rumusan masalah yang
telah ditetapkan pada bagian depan. Yaitu mengenai : (i) Pengertian dari Motivasi, (ii) Jenis-jenis
Motivasi, (iii) Fungsi dari Motivasi
Belajar, (iv) Motifasi dalam Belajar,
(v) Unsur-unsur yang mempengaruhi Motivasi Belajar, (vi) Prinsip-prinsip
Motivasi, dan (vii) Upaya untuk meningkatkan Motivasi Belajar.
2.1 Pengertian Motivasi
Menurut Mc. Donald, yang dikutip
Oemar Hamalik (2003:158) motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat
dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan
bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk
kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi
dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan
tidak suka itu.
Menurut Siti Sumarni (2005),
Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu
energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang
untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang
mendasarinya.
Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi,
berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat
kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI, 2001:756).
Dari beberapa pendapat di atas,
dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya
penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu
dapat tercapai.
Pengertian belajar
menurut Morgan, mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman (Wisnubrata, 1983:3). Sedangkan menurut Moh. Surya (1981:32),
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa
diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah
perubahan dari diri seseorang.
Dari uraian yang tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi
belajar
adalah
keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan
menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang
menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
2.2Jenis-jenis
Motivasi
Dalam membicarakan macam-macam
motivasi belajar, disini saya hanya akan dibahas
dari dua macam sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi
seseorang yang biasa disebut ”motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal
dari luar diri seseorang yang biasa disebut ”motivasi ekstrinsik”.
Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik
yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan
rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti
Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik
adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno
(2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam
diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar
kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi
intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa
memerlukan rangsangan dari luar.
Contohnya : siswa yang belajar, karena
memang dia ingin mendapatkan pengetahuan, nilai ataupun keterampilan agar dapat
mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan yang lain. Intrinsic
motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and
purpose. Itulah sebabnya motivasi intrinsik
dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak
terkait dengan aktivitas belajarnya.
Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al
(2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya
terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu
sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan
atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau
melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi
ekstrinsik
adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena
adanya pengaruh dari luar.
Misalnya,
seseorang belajar karena tahu besok akan ada ulangan dengan harapan mendapatkan
nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh guru, atau temannya atau bisa jadi,
seseorang rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh
orang tuanya. Jadi, tujuan dari belajar bukan untuk mendapatkan pengetahuan
atau ilmu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik, pujian ataupun hadiah dari
orang lain. Ia belajar karena takut hukuman dari guru atau orang tua. Waktu belajar yang tidak jelas
dan tergantung dengan lingkungan sekitar juga bisa menjadi contoh bahwa
seseorang belajar karena adanya motivasi ekstrinsik.
2.3Fungsi
Motivasi Belajar
Kita
semua tentunya mengetahui arti penting motivasi dalam proses belajar.
Dalam belajar sangat diperlukan motivasi. Motivation
is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal,
jika ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil
juga pelajaran itu.
Jadi motivasi akan senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Perlu ditegaskan, bahwa
motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan. Motivasi mempengaruhi adanya
kegiatan. Ada tiga fungsi motivasi
yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri, yaitu :
a.
Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya siswa tidak ada hasrat
untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk
belajar. Hal ini sejalan dengan rasa keingintahuan dia yang akhirnya mendorong
siswa untuk belajar. Sikap inilah yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah
sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong
ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.
b.
Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan
psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu kekuatan
yang tak terbendung. Siswa akan melakukan aktivitas dengan segenap jiwa dan
raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan
kehendak perbuatan belajar.
c.
Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Yaitu
dengan menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang mendukung
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Pada intinya fungsi
dari motivasi
ini
dapat di simpulkan bahwa motivasi sebagai penggerak kegiatan, motivasi sebagai
pendorong perbuatan, motivasi sebagai pengarah perbuatan dan motivasi sebagai
penyeleksi perbuatan.
2.4Motivasi
dalam Belajar
Mengingat
pentingnya faktor motivasi ini maka setiap pihak yang terlibat dalam aktivitas
persekolahan harus berusaha memperhatikan dan mencari cara untuk menumbuhkan,
menjaga, serta mengarahkan motivasi tersebut agar peserta didik dapat meraih
prestasi optimal. Richard I Arends dalam bukunya Learning to Teach
menyarankan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memotivasi para peserta
didik, antara lain:
1. Sikap percaya guru pada kemampuan siswa
Banyak
hal yang mempengaruhi siswa yang dibawanya ke sekolah seperti kepribadiannya,
pengalaman masa lalunya, kehidupan di rumah, dsb. Faktor-faktor ini memang
dapat mempengaruhi seberapa keras mereka berupaya di sekolah. Namun demikian,
faktor-faktor tersebut tidak banyak dapat diubah oleh para guru. Hal paling
penting yang dapat dilakukan guru sepenuhnya adalah perilaku dan kepercayaan
guru itu sendiri terhadap peserta didik. Meyakini bahwa setiap peserta didik
dapat belajar dan karenanya memiliki potensi untuk berkembang secara maksimal
dapat mempengaruhi pola pendekatan pembelajaran guru di sekolah menjadi lebih
telaten dan promotif. Sehingga, menimbulkan kepercayaan diri siswa dan keyakinan
bahwa mereka dapat mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran yang mereka
hadapi.
2. Menciptakan situasi belajar yang positif
Menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan, aman, dan nyaman, penting untuk dapat
memotivasi siswa.
3.
Membangun perhatian dan nilai-nilai intrinsik siswa
Membangun perhatian dan motivasi
intrinsic peserta didik merupakan hal yang penting. Beberapa hal yang dapat
membangun minat dan keingin tahuan para siswa yaitu :
-
Hubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa
- Gunakan nama siswa dalam memberi ilustrasi yang positif
- Sajikan materi pelajaran dalam bentuk cerita secara bersemangat. Misalnya : ''Ketika kalian memesan milkshake (sebut merek terkenal tertentu) kesukaan kalian, maka dia tidak akan mencair meskipun kalian panaskan di dalam oven. Hal itu disebabkan oleh bahan pengemulsi yang terbuat dari ganggang yang sedang kita pelajari ini.''Selain itu penggunaan permainan, simulasi, perjalanan edukatif, pembicara tamu dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran di sekolah.
- Gunakan nama siswa dalam memberi ilustrasi yang positif
- Sajikan materi pelajaran dalam bentuk cerita secara bersemangat. Misalnya : ''Ketika kalian memesan milkshake (sebut merek terkenal tertentu) kesukaan kalian, maka dia tidak akan mencair meskipun kalian panaskan di dalam oven. Hal itu disebabkan oleh bahan pengemulsi yang terbuat dari ganggang yang sedang kita pelajari ini.''Selain itu penggunaan permainan, simulasi, perjalanan edukatif, pembicara tamu dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran di sekolah.
4.
Mengatur Tingkat Kesulitan Tugas
Tugas-tugas yang terlalu mudah
hanya menuntut sedikit upaya dan tidak menghasilkan keinginan untuk sukses
sehingga otomatis tidak bias memotivasi. Demikian pula tugas yang terlalu sulit
dikerjakan seberapa besar pun upaya mereka juga tidak memotivasi bahkan mungkin
menimbulkan frustasi. Oleh karena itu tingkat kesulitan tugas-tugas yang
diberikan harus proporsional.
5.
Memanfaatkan balikan (feedback)
Feedback
mengenai performa yang baik dapat menumbuhkan motivasi intrinsik. Sebaliknya, feedback
terkait performa yang kurang baik dapat menjadi masukan yang berguna bagi
peserta didik untuk dapat memperbaikinya asal memang benar-benar ditindak
lanjuti. Oleh karena itu, soal-soal evaluasi yang telah diberikan sebaiknya
dibahas kembali sehingga peserta didik mengetahui kegagalan mereka dalam
menyelesaikan beberapa soal tersebut.
6.
Memperhatikan kebutuhan siswa
Secara umum kebutuhan siswa akan
determinasi diri yaitu kemampuan untuk menentukan pilihan-pilihan akan
terpenuhi ketika mereka merasa diberi hak untuk memberi pernyataan mengenai
lingkungan kelas mereka dan tugas-tugas belajar mereka.
7.
Fasilitasi
pembentukan kelompok dan kohesi kelompok Membangun
sebuah lingkungan kelas yang positif dapat memotivasi siswa untuk meraih
prestasi. Hal ini menuntut perhatian terhadap kebutuhan sosial dan emosional
siswa di samping kebutuhan akademik mereka. Bekerja dalam kelompok dengan
target yang terukur dan kompetitif dapat menjadi pendorong semangat siswa dalam
menunaikan tugas-tugas belajar mereka. Demikianlah beberapa hal yang dapat
menumbuhkan dan menjaga motivasi siswa dalam belajar. Tentu di samping itu
masih banyak hal yang dapat memotivasi para siswa. Yang terpenting dari itu
semua adalah bagaimana tindak laku dan titah tutur para guru, karyawan, dan
pimpinan sekolah terhadap siswa bersifat positif dan membangun kepercayaan diri
siswa bukan malah merendahkan kepercayaan diri mereka.
2.5Unsur-unsur
yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut
Dimyati dan Mudjiono (1994:89-92) ada beberapa factor yang mempengaruhi
motivasi belajar,yaitu:
1. Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu
sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk ”menjadi seseorang”
akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar. Citacita akan
memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik sebab tercapainya suatu
cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
2. Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai
kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam
diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi. Di
dalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan berfikir siswa menjadi
ukuran. Siswa yang taraf perkembangan berfikirnya konkrit (nyata) tidak sama
dengan siswa yang berfikir secara operasional (berdasarkan pengamatan yang
dikaitkan dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai kemampuan
belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti
itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan memperkuat
motivasinya.
3. Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari
kesatuan psikofisik. Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar
disini berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis, tetapi biasanya
guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan
gejalanya dari pada kondisi psikologis. Misalnya siswa yang kelihatan lesu,
mengantuk mungkin juga karena malam harinya bergadang atau juga sakit.
4. Kondisi Lingkungan Kelas
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur
yang datangnya dari luar diri siswa. Lingkungan siswa sebagaimana juga
lingkungan individu pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Jadi unsur-unsur yang mendukung atau menghambat kondisi
lingkungan berasal dari ketiga lingkungan tersebut. Hal ini dapat dilakukan
misalnya dengan cara guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam rangka
membantu siswa termotivasi dalam belajar.
5. Unsur-unsur Dinamis Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah
unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang
lemah dan bahkan hilang sama sekali.
6. Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah
bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari
penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa.
2.6Prinsip-prinsip
Motivasi
Sebenarnya,
prinsip-prinsip yang dimaksud dapat kita jumpai dalam berbagai sumber
kepustakaan psikologi. Namun untuk mudahnya, dalam pembahasan ini akan
dikemukakan prinsip-prinsip belajar yang diintisarikan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut:
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud
dengan kesiapan atau readiness
ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal
itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus.
Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar
akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah
kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil
belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan
seseorang dapat belajar.
Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan
hal-hal sebagai berikut:
1. Seorang individu akan dapat belajar dengan
sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya
dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.
2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal
ini mengandung arti bila seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan
muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk
sesuatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat
dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan
kesiapan siswa.
4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf
kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin
amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.
5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya
divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor
dari berbagai individu.
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang
terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai
kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami
anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam
lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat
dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.
Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang
seyogianya kita perhatikan.
1. Individu bukan
hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan
emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu
yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
2. Pengetahuan
tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya
peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri
siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar.
3. Dorongan yang
mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid
yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena
kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu.
4. Motivasi
dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau
keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa
menghadapi masalah.
5. Rasa aman dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai
faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan
sesuatu.
6. Motivasi
bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar
dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
7. Kajian dan
penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan
perilaku.
8. Insentif dan
hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya
bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar.
9. Kompetisi dan
insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang
begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
10. Sikap yang baik
untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang
memuaskan.
11. Proses belajar
dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi
motivasi.
3. Prinsip Persepsi
“ Seseorang
cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi
adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia
dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi
perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik
bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
Berkenaan
dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:
1. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang
lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa
tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama.
2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan,
sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuannya.
3. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh
terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situais seorang pelajar cenderung bertindak
sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri..
4. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi
kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku
yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi.
Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya.
5. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar
pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat .
6. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi
kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
7. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan
mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.
4. Prinsip Tujuan
“ Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima
oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran
khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus
dicapai.
2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan
individu dan masyarakat
3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan
dapat memenuhi kebutuhannya.
4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai
5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh
masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.
6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi
tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai.
7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya
dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa
rendah diri atau prestasinya menurun.
8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan
yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan
dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.
5. Prinsip Perbedaan Individual
“Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang”
Proses
pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga
dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya.
Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi
kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar
belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi
pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
Berkenaan dengan
perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:
1. Para pelajar
harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan
selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan
pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.
2. Para pelajar
perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk merenncanakan dan
melaksanakan kegiatannya sendiri.
3. Para pelajar
membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan , minat
dan latarbelakangnya.
4. Pelajar
cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa
lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi
respon yang berbeda-beda karena memang setiap orang memiliki persepsi yang
berbeda mengenai pengalamannya.
5. Kesempatan-kesempatan
yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak merasa terancam
lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif
dalam kegiatan belajar. Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk
berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi
dan kreativitas akan lebih meningkat.
6. Pelajar yang
didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan
sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka
ia akan menunjukkan ketidakpuasannya terhadap belajar.
6. Prinsip Transfer dan Retensi
“Belajar
dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar
dalam situasi baru”.
Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya
akan digunakan dalam situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer,
kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.
Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam
situasi baru.
Berkenaan
dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.
1. Tujuan belajar
dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau
menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.
2. Bahan yang
bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
3. Retensi
seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu
terjadi. Karena itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.
4. Latihan yang
terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi ke
dalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi
yang lebih baik daripada proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar
dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para
pelajar.
5. Penelaahan
bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi
dan nilai transfer.
6. Proses belajar
cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil
yang memuaskan.
7. Sikap pribadi,
perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan
hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan dapat
diserap sebaik bahan-bahan yang menyenangkan.
8. Proses saling
mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari
mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat
terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut.
9. Pengetahuan
tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat
diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip
yang dipelajari dan dengan memberikan illustrasi unsur-unsur yang serupa.
10. Transfer hasil
belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan
yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama
dibuat.
11. Tahap akhir
proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada
gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
7. Prinsip Belajar Kognitif
“Belajar
kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan”.
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur,
pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang
selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan
berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar
kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan
menuntut berbagai aktivitas mental.
Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.
1. Perhatian harus
dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses
belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu mengarahkan
perhatian yang penuh agar proses belajar kognitif benar-benar terjadi.
2. Hasil belajar
kognitif akan bercariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual
yang ada.
3. Bentuk-bentuk
kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman
berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
4. Pengalaman
belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satauan atau unit-unit yang
sesuai.
5. Bila menyajikan
konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan,
pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu
konsep benar-benar bermakna.
6. Dalam pemecahan
masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup
masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah
dan memungkinkan berpikir menyebar (divergent thinking).
7. Perhatian
terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif
akan lebih memungkinkan terjadimya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis
dan penalaran.
8. Prinsip Belajar Afektif
“ Proses
belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan
pengalaman baru”.
Belajar afektif
mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar
mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif
meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan,
minat dan sikap individu.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif.
1. Hampir semua
aspek kehidupan mengandung aspek afektif.
2. Hal bagaimana
para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi
dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
3. Suatu waktu,
nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan melekat
sepanjang hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap
melekat pada keseluruhan proses perkembangan.
4. Sikap dan nilai
sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil
dari belajar langsung.
5. Sikap lebih
mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
6. Nilai-nilai
yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
7. Proses belajar
di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar yang
memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada
yang memiliki masalah.
8. Belajar afektif
dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.
9. Pelajar dapat
dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami
sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi
sangat perlu untuk membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan
kematangannya.
9. Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar
psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas
ragawinya.
Belajar
psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Didalam tugas
suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.
2. Perkembangan
psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.
3. Struktur ragawi
dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.
4. Melalui bermain
dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol
gerakannya lebih baik.
5. Dengan
kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan memperhalus
gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
6. Faktor
lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan psikomotor
individu.
7. Penjelasan yang
baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi
belajar psikomotor.
8. Latihan yang
cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses belajar
psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan lengkap
aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor waktu
semata-mata.
9. Tugas-tugas
psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi
(keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
10. Prinsip Evaluasi
Jenis cakupan
dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya.
Pelaksanaan
latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam
pencapaian tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi
oleh kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai
penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang
berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya
dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai
pengalamannya.
Berkenaan
dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Evaluasi
memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.
2. Bila tujuan
dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.
3. Latihan
penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan
belajar.
4. Evaluasi
terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid
saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
5. Kekurangan atau
ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani
muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan
pelajar untuk menilai dirinya.
6. Jika tekanan
evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola
ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
7. Kelompok teman
sebaya berguna dalam evaluasi.
Setelah anda
membaca dan memahami prinsip-prinsip yang berkenaan dengan proses belajar dan
pengajaran, cobalah anda kerjakan latihandibawah ini. Denga demikian anda akan
dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip itu lebih jauh.
Bagaimana anda menerapkan prinsip-prinsip:
1. Kesiapan
2. Motivasi
3. Persepsi
4. Tujuan
5. Perbedaan Individual
6. Transfer dan Retensi
7. Belajar Kognitif
8. Belajar Afektif
9. Belajar Psikomotor
10. Evaluasi
Untuk memeriksa
lebih jauh hasil anda bagian ini tidak disediakan kunci jawaban. Oleh karena
itu hasil latihan Anda sebaiknya Anda bandingkan dengan hasil latihan anda.
Diskusikanlah dengan kelompok untuk hal-hal berbeda dalam hasil latihan itu.
Dengan mengkaji hasil latihan itu, anda seyogianya selalu melihat rincian
prinsip-prinsip belajar dan pengajaran yang diuraikan sebelumnya. Jika terdapat
hal-hal yang tidak dapat diatasi dalam kelompok, bawalah persoalan tersebut ke
dalam pertemuan tutorial. Yakinlah dalam pertemuan tersebut anda akan dapat
memecahkan persoalan tersebut.
2.7Upaya
untuk Meningkatkan Motivasi
Beberapa upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan motivasi belajar seorang mahasiswa antara lain :
1.
Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Beberapa syarat
harus dimiliki seorang tutor dalam upaya pembelajaran kepada mahasiswa
diantaranya (a) tutor telah mempelajari bahan pelajaran (b) tutor telah
memahami bagian-bagian yang mudah, sedang dan sukar, (c) tutor telah menguasai
cara-cara mempelajari bahan, dan (d) tutor telah memahami sifat bahan
pelajaran.
Beberapa prinsip
belajar diantaranya (a) belajar menjadi bermakna bila mahasiswa memahami tujuan
belajar, (b) belajar menjadi bermakna bila mahasiswa dihadapkan pada pemecahan
masalah yang menantangnya, (c) belajar menjadi bermakna bila tutor mampu
memusatkan segala kemampuan mental mahasiswa dalam program tertentu, (d) sesuai
dengan perkembangan jiwa mahasiswa, (e) belajar bisa menjadi menantang bila
mahasiswa memahami prinsip penilaian faedah nilai belajarnya.
2.
Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran
Upaya optimalisasi
tersebut antara lain (a) memberi kesempatan pada mahasiswa untuk mengungkapkan
hambatan belajarnya, (b) memelihara minat, kemampuan, dan semangat belajar
mahasiswa, (c) meminta kesempatan pada kepala sekolah agar memberi kesempatan
pada mahasiswa mengaktualisasi diri, (d) memanfaatkan unsur-unsur lingkungan,
(e) menggunakan waktu secara tertib, (f) merangsang mahasiswa dengan memberi
penguat rasa percaya diri.
3.
Optimalisasi Pemanfaatan, pengalaman, dan kemampuan
Mahasiswa.
Beberapa upaya
optimalisasi tersebut antara lain (a) menugasi mahasiswa membaca modul
sebelumnya, (b) tutor mempelajari hal-hal yang sukar bagi mahasiswa, (c) tutor
memecahkan dan mencari cara memecahkan hal-hal yang sukar, (d) tutor
mengajarkan cara memecahkan dan mendidik keberanian mengatasi kesukaran, (e)
tutor mengajak serta mahasiswa mengalami dan mengatasi permasalahan, (f) beri
kesempatan mahasiswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekannya.
4.
Pengembangan Cita-Cita dan Aspirasi Belajar
Beberapa cara
mendidik dan mengembangkan cita-cita belajar antara lain (a) menciptakan
suasana belajar yang menggembirakan, (b) mengikut sertakan semua mahasiswa
untuk memelihara fasilitas belajar (c) mengajak serta pengelola memperlengkap
fasilitas tutorial.
Ada beberapa
strategi yang bisa digunakan oleh tutor untuk menumbuhkan motivasi belajar
mahasiswa, sebagai berikut:
1.
Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada
permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang tutor menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya keadaan mahasiswa.
Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2.
Hadiah
Berikan
hadiah untuk mahasiswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka
untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, mahasiswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk mengejar mahasiswa yang berprestasi.
3.
Saingan/Kompetisi
Tutor
berusaha mengadakan persaingan di antara mahasiswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
4.
Pujian
Sudah
sepantasnya mahasiswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5.
Hukuman
Hukuman
diberikan kepada mahasiswa yang berbuat kesalahan saat proses turorial. Hukuman
ini diberikan dengan harapan agar mahasiswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya
adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik;
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual
maupun kelompok;
9. Menggunakan metode bervariasi; dan
10. Menggunakan media yang baik sesuai dengan tujuan
pembelajaran
No comments:
Post a Comment